Bersikap Baik Boleh Dan Sangat Bagus Tapi Ada Batasannya Ada Waktunya

Keras Kepala Jadi Salah Satu Alibi Orang Susah Buat Berkembang

Ini harus kita pahami dan ketahui. Kadang kita sebagai manusia terlalu naif. Terlalu memandang semuanya baik. Terlalu beranggapan semua itu baik, semua positif. Tidak ada hal buruk di dunia ini. Selalu berusaha melihat semuanya dari sisi positif, berusaha melihat semua dari sisi yang baik. Selalu berusaha mengambil nilai positifnya. Sampai orang yang jelas-jelas sudah jahat dan tidak baik pada kita, kita masih optimis dan masih berpikir baik tentangnya. Masih memberikan validasi dan pembelaan akannya. Masih mengatakan dia baik kok, dia pasti ada alasan tersendiri melakukan hal tersebut. 

Bersikap Baik Boleh Dan Sangat Bagus Tapi Ada Batasannya Ada Waktunya

Tidak semua orang seperti itu. Ini yang harus kita ingat. Tidak semua orang itu baik. Tidak semua orang itu melakukan hal jahat karena ada alasan. Kadang memang orang itu sudah jahat aja dari sanannya. Kadang memang orang sudah memilih untuk menjadi jahat. Bukan karena dia terpaksa atau lainnya. Sehingga hal-hal seperti ini yang harus kita belajar, kita harus menerima. Bahwa tidak semua orang memang baik. Ada beberapa orang memang jahat saja. Jadi tidak selamanya kita harus melihat sisi baik dari orang tersebut. 

Jika orang itu memang sudah keterlaluan, sudah lewat batas, ya sudah, kita harus belajar menerima bahwa dia memang begitu. Dia memang jahat. Sehingga kita tidak memaksakan diri kita untuk menerima orang tersebut dan membela terus orang tersebut. Sehingga kita dengan mudah memaafkan orang tersebut lagi dan lagi. Kita sering sekali karena terlalu baik, kita memberikan maaf begitu mudah pada orang lain. Sehingga kita sering dimanfaatkan oleh orang lain. Menjadi orang baik itu baik. Menjadi seseorang yang pemaaf itu baik dan sangat bagus. Bahkan itu yang diajarkan di setiap agama. 

Tapi kita juga harus ingat, menjadi baik dan pemaaf bukan berarti menjadi bodoh dan tidak berpikir logis. Jika satu, dua kali kita masih memaafkan, kita masih menerima okelah. Tapi jika memang tidak ada perubahan. Ya jangan paksakan. Kita pun harus tegas, dab belajar untuk mengatakan tidak. Karena jika kita terus memaafkannya, orang tersebut pun tidak akan belajar dari kesalahannya. Kita hanya memanjakannya dan mengajarkan hal yang salah. Dia akan berpikir bahwa apa yang dia lakukan itu adalah baik. Bukankah itu tidak baik?