Sebenernya malu amat sangat ingin ngepost gambar ini, tetapi yasudahlah supaya kamu nonton jeleknya saya durasi mewek, jadi bukan hanya isi komen‘ aksi qaqa’. Ini bukan gambar anak kecil yg ditinggal ibunya nyumbang yaa bantu janganlah salah mengerti. Ini gambar ratapan senang seseorang wanita yang hidup nyaris seperempat era( jujur) serta terkini memijakkan kaki di asbes Jawa, Mahameru.
Dikala di pos Jambangan, itu durasi awal kali memandang langsung Pucuk Mahameru yang sedemikian itu ngadeg njegrag dengan amat amat gagahnya( hey Merapi janganlah salah faham, anda senantiasa di batin). Dalam batin: laaayuuuung, apa dapat. Alhamdulillah dengan desakan diri sendiri yang maksimum dipaksakan serta desakan dari kawan2( beneran didorong) yang awal mulanya jalur serempak ber7 serta hingga medio kesimpulannya mencar2.. sampailah kaki belangku ini di Mahameru.
Mengapa saya nangis? Tidak seluruh pucuk gunung saya meweki. Apayaaa, besar hati amat sangat serupa awaku dewek, saya dapat melepaskan rasa letih yang menusuk2 dengan rasa mau hingga pucuk. Saya memanglah jenis anak yg‘ wajib hingga pucuk’, kalau belum pucuk wajib remidi( I know it’ s wrong, tetapi begitulah saya). Meski tidak kedapatan sunrise, sebab nyampe situ jam 6 pagi, tetapi kita asian disuguhi sun ray yang menyelinap di tengah2 bongkahan awan serta berakhir di laut( jawa?).
Pokoknya perasaan senangku serupa sekali tidak terbendung lagi. Tidak seluruh orang dapat kesana, pikirku. Serta saya mencintai jadi‘ orang2 khusus’ itu. Tuturnya, saya perempuan awal yang hingga pucuk HARI ITU.
Sesuatu dikala saya sempat menempuh hari yang amat meletihkan, sebagian durasi setelah itu dikala tiba rizki rehat.. Disitulah saya berfikir kalau hidupku bukan tidak terdapat untuk, saya berguna buat orang lain, serta bisa jadi saja karunia buat orang lain. Kemudian, dikala rizki yang berlimpah sudah berbondong mengunjungiku, memiliki alibi apa lagi buat meringik?
Mudah- mudahan kamu tidak siuman kalau ini aksi andalanku, miring yang amat berarti.
Dekat dimata jauh didaki. heyy kamu mengerti? Saya sempat berkomitmen pada sahabatku kalau bila saya telah memijakkan kaki di Mahameru, saya tidak hendak sebernafsu semacam lebih dahulu pada kamu. Namun kenyataannya? Mengidamkan kamu berhari2 sepanjang sepekan lebih berturut2, kurang fakta terlebih bila saya tidak lagi tidak merindukan kamu? Tetaplah hening disana jadi anak2 bagus, bunda hendak lekas mengunjungimu.