gaya hidup sehat

Mengenal Penyebab Dari Anemia Yang Dialami Oleh Lansia


Anemia adalah kondisi umum pada orang tua. Penyebab anemia pada lansia sangat beragam, mulai dari kekurangan vitamin B12 dan asam folat dalam tubuh hingga penyakit kronis seperti penyakit ginjal. Meski sering terjadi, anemia pada lansia masih bukanlah kondisi yang normal. Kondisi ini merupakan kondisi kesehatan yang membutuhkan penanganan yang tepat.

Namun, tanda-tanda anemia pada lansia sering disalahartikan sebagai gejala penyakit kronis lainnya. Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan yang menyeluruh agar anemia dapat ditangani dengan tepat, tergantung dari penyebab awalnya.

Penyebab anemia pada lansia

Kekurangan sel darah merah pada orang tua dapat memiliki berbagai penyebab. Perbedaan penyebab ini juga akan mempengaruhi anemia yang dialami. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk mengetahui lebih dalam mengenai penyebab anemia pada lansia berikut ini.

Kekurangan zat besi

Dengan kekurangan zat besi, orang tua dapat mengembangkan anemia defisiensi besi. Oleh karena itu, pemeriksaan zat besi secara rutin merupakan langkah penting untuk mencegah kondisi ini semakin parah.

Selain menjadi penyebab kekurangan darah, kekurangan hal ini juga bisa dikaitkan dengan masalah saluran pencernaan. Dalam kasus tertentu, kelainan ini bahkan bisa menjadi tanda keganasan.

Kekurangan Vitamin B12 dan Asam Folat

Kekurangan vitamin B12 dan asam folat dapat menyebabkan anemia defisiensi vitamin B12 dan asam folat. Kondisi ini tidak umum pada orang tua. Karena saat ini orang bisa dengan mudah mendapatkan suplemen tambahan untuk memenuhi kebutuhan vitamin hariannya.

Penyakit Ginjal Kronis

Penyakit ini adalah penyebab umum anemia pada orang tua. Seiring bertambahnya usia, kinerja ginjal akan menurun. Gangguan fungsi ginjal dapat mempengaruhi aliran darah ke dan dari ginjal.

Sindrom Myelodysplastic

Sindrom myelodysplasia adalah kumpulan penyakit yang disebabkan oleh sel darah yang tidak terbentuk dengan baik atau sel darah yang tidak berfungsi dengan baik. Kondisi ini bisa terjadi karena adanya kelainan pada sumsum tulang.

Tanda-tanda anemia tidak selalu muncul, terutama pada lansia dengan anemia ringan. Pada lansia dengan anemia ringan, jumlah sel darah merah dalam tubuh tidak jauh di bawah batas normal.

Konsumsi Minuman Bersoda Menyebabkan Osteoporosis


Kegemaran mengonsumsi soda saat beraktivitas sehari-hari bisa berdampak negatif pada tulang. Meski tidak berhubungan langsung, para ahli mengatakan bahwa orang yang terlalu banyak minum soda jarang meminum susu yang mengandung kalsium.

Hal ini meningkatkan risiko osteoporosis dan patah tulang. Jika diamati, orang yang terbiasa mengonsumsi soda tidak mengonsumsi minuman bergizi lainnya. Seolah-olah jumlah minuman untuk minuman bergizi telah digantikan oleh minuman bersoda.

Kaitan Antara Soda Dan Osteoporosis

Penelitian tentang hubungan antara soda dan risiko osteoporosis terus bermunculan. Dari studi tentang berbagai wanita dan pria. Hasilnya, wanita yang rutin minum soda memiliki kepadatan mineral tulang 4% lebih rendah.

Temuan lain menunjukkan bahwa kandungan asam fosfat dalam minuman ringan meningkatkan risiko osteoporosis. Fosfor merupakan mineral yang sangat penting untuk tulang. Namun, jika jumlah asupan fosfor tidak sebanding dengan kalsium, risiko pengeroposan tulang mungkin mengintai.

Tak hanya itu, kandungan kafein pada kedua minuman bersoda tersebut tidak dapat mengganggu penyerapan kalsium dalam tubuh. Studi menyoroti bahwa minuman berkarbonasi, apakah mengandung kafein atau tidak, menyebabkan kepadatan tulang yang lebih rendah.

Osteoporosis mempengaruhi setidaknya 200 juta orang di seluruh dunia. Ketika kepadatan mineral tulang menurun, risiko patah tulang meningkat. Asupan zat gizi, terutama kalsium, berkaitan dengan frekuensi seseorang mengonsumsi minuman bersoda.

Lebih berisiko untuk wanita?

Sebelumnya, banyak penelitian yang melihat hubungan antara konsumsi minuman ringan dan penurunan kepadatan mineral tulang pada remaja dan wanita dewasa.

Namun, korelasi antara soda dan osteoporosis tidak terlalu signifikan. Misalnya, ada orang yang menemukan asosiasi dengan merek soda tertentu, tetapi hasilnya tidak sama dengan soda merek lain.

Namun, penelitian ini tidak menemukan korelasi antara konsumsi soda dan kepadatan mineral tulang. Karena ada banyak faktor yang terlibat, para peneliti juga memperingatkan bahwa ada kemungkinan kandungan gula dalam minuman ringan juga menyebabkan kalsium dan homeostasis menjadi tidak seimbang.

Lebih suka minum minuman bersoda

Seperti minuman isotonik, tidak ada yang melarang konsumsi soda. Hanya saja, kembali ke pilihan masing-masing individu, seberapa bijaksanakah mengganti minuman bernutrisi atau bahkan air putih dengan minuman bersoda?

Makan segala sesuatu dalam jumlah sedang adalah kunci untuk menjaga kesehatan yang baik, bukan hanya risiko osteoporosis dan kepadatan tulang. Terlepas dari penelitian yang sedang berlangsung tentang soda dan osteoporosis, jika ada minuman lain yang lebih bergizi dan kurang berisiko, mengapa tidak memilih yang lebih sehat?